Kata SBY soal Cara Prabowo Tangani Bencana di Sumatera

5 days ago 15

MANTAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY memberikan sejumlah catatan pemikirannya tentang penanganan bencana Sumatera di bawah komando Presiden Prabowo Subianto. Purnawirawan Jenderal TNI itu menuangkan pendapatnya usai mengamati perkembangan kondisi di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang dilanda banjir dan tanah longsor pada akhir November 2025.

Perhatian saya tertuju pada seberapa parah bencana tersebut, termasuk korban jiwa serta kerusakan infrastruktur dan fasilitas publik. Juga langkah-langkah apa yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun daerah,” kata SBY dalam unggahan di akun X @SBYudhoyono pada Rabu, 24 Desember 2025.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu mengatakan, penanganan bencana adalah hal yang kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi pada fase tanggap darurat yang melumpuhkan akses di beberapa titik bencana.

Di situlah ia menyoroti pentingnya ketangkasan kepala negara dalam menghadapi bencana. “Komando dan pengendalian harus efektif, dan idealnya presiden bisa memimpin melalui manajemen krisis yang dijalankan,” kata mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial dan Keamanan itu.

SBY memahami bahwa setiap presiden memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Termasuk antara dia dan Ketua Umum Partai Gerindra itu. Sehingga SBY mengatakan bahwa tindakan Prabowo tidak bisa sama dengan apa yang ia lakukan saat tsunami Aceh dan Nias 2004, gempa bumi Yogyakarta 2006, hingga gempa Padang 2009 lalu.

SBY mengatakan perbedaan model memimpin itu disebabkan oleh disparitas situasi konteks bencana, jenis bencana, hingga besarnya dampak kerusakan yang ditimbulkan suatu bencana. Setiap rekonstruksi bencana, kata dia, memerlukan waktu dan dukungan finansial yang cukup.

Tak hanya itu, diperlukan juga rencana induk serta pelaksanaan kebijakan secara efektif di lapangan. Menurut SBY, ia melihat keseriusan Prabowo saat mengunjungi titik lokasi dan memberikan atensi penuh.

Saya juga tahu, Presiden Prabowo telah mengambil sejumlah kebijakan untuk membangun kembali provinsi-provinsi di Sumatera yang mengalami bencana alam tersebut,” kata ayah dari Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono tersebut.

Kemudian, SBY memberikan kiat-kiat untuk memastikan supaya pemulihan infrastruktur di lokasi bencana berjalan efektif. Pertama, Konsep rehabilitasi dan rekonstruksi harus disusun dengan baik. Kedua, kepemimpinan dan pengorganisasian di lapangan dijalankan secara efektif. Ketiga, implementasi terhadap rencana besar harus dieksekusi dengan baik. Terakhir, akuntabilitas penggunaan kas negara juga harus  dilakukan penuh tanggung jawab.

SBY menutup catatannya dengan mengajak berbagai pihak untuk mendukung upaya pemerintah. “Mari kita dukung langkah-langkah pemerintah untuk membangun kembali Sumatera pascabencana dan memastikan saudara-saudara kita yang terkena musibah memiliki masa depan yang baik,” tutur putra dari Raden Soekotjo itu.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal akibat bencana Sumatera di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mencapai lebih dari 1.100 jiwa. Berdasarkan data BNPB per 23 Desember 2025, 1.106 orang meninggal dari 52 kabupaten/kota di tiga provinsi tersebut. Sementara itu 175 orang masih dinyatakan hilang. 

Korban meninggal terbanyak berada di Aceh dengan 477 jiwa dari 18 kabupaten/kota terdampak. Kemudian, Sumatera Utara dengan korban meninggal 369 jiwa di 18 kabupaten/kota. Lalu Sumatera Barat dengan 260 korban meninggal di 16 kabupaten/kota terdampak. Adapun total korban luka mencapai 7 ribu jiwa.

Jumlah rumah yang rusak di tiga provinsi mencapai 158.088. Provinsi Aceh mengalami kerusakan rumah terbanyak dengan 115.678 rumah rusak.  Selain itu, fasilitas umum yang rusak sebanyak 1,6 ribu dengan 219 fasilitas kesehatan, 967 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung atau kantor, dan 145 jembatan. 

Eka Yudha Saputra berkontribusi dalam tulisan ini 
Read Entire Article