Kegiatan Sekolah di Lokasi Bencana Tetap Dimulai 5 Januari

PEMERINTAH memastikan kegiatan belajar mengajar di wilayah terdampak bencana Sumatera tetap akan dimulai pada 5 Januari 2026. Pembelajaran tetap dimulai meski masih sebagian sekolah masih menggunakan tenda darurat.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno mengatakan, moda pembelajaran akan disesuaikan dengan tingkat kerusakan sekolah di masing-masing daerah. “Intinya proses pembelajaran tetap jalan, tetapi pelaksanaannya berbeda antar daerah sesuai dengan dampaknya,” ujar Pratikno dalam konferensi pers perkembangan penanganan bencana Sumatera di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Senin, 29 Desember 2025.

Di Aceh, Pratikno menyebut terdapat 2.303 sekolah yang terdampak bencana. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.773 sekolah atau lebih dari 66 persen sudah siap digunakan kembali. Namun, masih ada 516 sekolah yang dalam proses pembersihan dengan dukungan TNI, Polri, relawan, Kementerian Pekerjaan Umum, dan kementerian terkait lainnya.

Ia mengatakan terdapat sekolah dengan kerusakan berat yang tidak memungkinkan siap digunakan dalam waktu dekat. “Untuk sekolah yang benar-benar rusak berat dan tidak mungkin siap untuk pembelajaran, akan digunakan tenda. Di Aceh ada 14 sekolah yang menggunakan tenda,” katanya.

Kondisi serupa juga terjadi di Sumatera Barat. Dari sekitar 500 sekolah terdampak, sebanyak 431 sekolah atau lebih dari 89 persen telah siap digunakan. Namun, masih ada 21 sekolah yang sementara waktu melaksanakan pembelajaran di tenda karena mengalami kerusakan sangat berat.

Sementara di Sumatera Utara, terdapat 981 sekolah terdampak bencana. Menurut Pratikno, proses pemulihan di wilayah ini relatif lebih cepat. Sebanyak 933 sekolah atau lebih dari 95 persen telah siap digunakan kembali. Meski demikian, terdapat 19 sekolah yang masih harus menggunakan tenda karena mengalami kerusakan total.

Pratikno menegaskan pemerintah menjamin proses pembelajaran tetap berlangsung meski dalam kondisi darurat. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, kata dia, terus turun ke lapangan untuk memastikan kegiatan belajar mengajar berjalan semaksimal mungkin, termasuk di tenda darurat.

Selain tenda, pemerintah juga memanfaatkan fasilitas lain sebagai ruang belajar sementara. Di Kota Padang, misalnya, kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan berbagi ruang di puskesmas tanpa mengganggu layanan kesehatan.

Pemerintah juga menyiapkan bantuan biaya pembersihan sekolah hingga Rp 20 juta per sekolah, tergantung tingkat kerusakan. “Prinsipnya, pembelajaran jalan, proses percepatan perbaikan juga terus berlangsung agar penggunaan tenda tidak terlalu lama,” kata Pratikno.