Penjelasan Orang Tua yang Protes Menu MBG di Riau

POLEMIK dugaan intimidasi dan pengeluaran siswa PAUD di Kabupaten Kampar, Riau, setelah unggahan menu program makan bergizi gratis (MBG) di media sosial berakhir dengan klarifikasi bersama. Hasil pertemuan antara pihak sekolah, satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG), dan orang tua murid menyimpulkan persoalan tersebut dipicu kesalahpahaman komunikasi.

Orang tua siswa PAUD, Nurul Oriana, mengakui adanya kekeliruan persepsi berkaitan dengan menu MBG yang diterima anaknya. Ia semula mengira paket makanan ringan yang diberikan berlaku untuk lima hari. Namun. Belakangan baru ia mengetahui paket tersebut untuk tiga hari.

“Mengakui ada kesalahpahaman kedua belah pihak yang mana saya sendiri mengira snack yang diberi untuk lima hari ternyata untuk tiga hari,” ujar Nurul dalam video klarifikasinya pada Senin, 29 Desember 2025.

BGN menyatakan sekolah PAUD tidak pernah mengeluarkan Aira dari sekolah. Informasi yang beredar di media sosial disebut berawal dari miskomunikasi internal di grup percakapan WhatsApp, tanpa adanya keputusan administrasi mengenai status peserta didik.

BGN juga membantah adanya instruksi, ancaman, maupun intimidasi dari kepala SPPG setempat terhadap orang tua murid akibat unggahan di media sosial. BGN menyatakan program MBG justru membuka ruang masukan dari masyarakat sebagai bagian dari evaluasi pelaksanaan di lapangan.

Kepala BGN Dadan Hindayana menegaskan hasil klarifikasi memastikan tidak ada pelanggaran hak anak dalam pelaksanaan Program MBG. “Program MBG tidak boleh menimbulkan dampak negatif terhadap hak anak, khususnya hak memperoleh pendidikan. Setelah dilakukan klarifikasi, dapat dipastikan tidak ada anak yang dikeluarkan dari sekolah,” kata Dadan di Jakarta pada Senin, 29 Desember.

Dadan berkata BGN mendorong seluruh mitra pelaksana MBG di daerah untuk mengedepankan komunikasi yang terbuka, persuasif, dan humanis. Menurut dia, setiap masukan dari masyarakat merupakan bagian penting dari perbaikan layanan. “Program ini hadir untuk melindungi anak-anak, bukan untuk membatasi ruang aspirasi orang tua,” ujarnya.